Wednesday, October 1, 2008

SIWARATRI



SIWARATRI

A. Makna Hari Raya Saiwaratri
Hari raya Siwaratri adalah hari raya yang dirayakan setiap 360 hari yaitu purwaning sasih kepitu pada hari catur dasi Kresnapaksa, atau sehari sebelum bulan mati pada bulan magna (kepitu) yaitu malam yang paling gelap dalam kurun waktu setahun. Kalau dilihat perkataan Siwaratri mengandung arti seperti : Seiwa berarti puncak dan Ratri berarti malam. Jadi Siwaratri berarti puncak malam. (bulan yang paling gelap.


B. BRATA SIWARATRI
Pada malam Siwaratri itu Dewa Siwa melakukan Tapa Brata, yoga dan Semadhi, sehingga Siwaratri disebut juga sebagai hari malamnya Siwa (hari pejagran). Dalam lontar Siwaratri Kalpa menyebutkan setiap Hindu hendaknya melakukan / melaksanakan tapa, brata, yoga dan samadhi pada malam tersebut untuk mendekatkan diri kehadapan Dewa Siwa demi keseimbangan lahir dan bathin sebagai tujuan hidup kita sebagai manusia.



C. MANFAAT SIWARATRI
Hikmah melaksanakan hari raya Siwaratri adalah untuk dapat menerangkan pikiran serta menjauhkan diri dari hal-hal yang bersifat duniawi serta melatih diri dalam mengendalikan hawa nafsu jahat yang ada di dalam diri setiap manusia dengan jalan melaksanakan Brata Siwaratri yang utama yaitu Upawasa, Monobrata, dan Jagra sekaligus.



Pada garis besarnya pelaksanaan brata Siwaratri diklarifikasikan menjadi tiga tingkatan, yaitu :

1. Tingkat Nista
Tingkat ini termasuk yang paling sederhana umat diajarkan tidak tidur, tidak terlena dan tidak menguap selama 12 jam yaitu setelah melakukan pembersihan/penyucian diri, Sembahyang dan metirtha.
2. Tingkat Madya
Pelaksanaan Brata pada tingkat menengah ini lebih berat dari tingkat nista, karena dilengkapi dengan tidak makan dan minum selama 24 jam. Menyucikan diri dan mengheningkan pikiran.

3. Tingkat Utama
Pada tingkat utama ini pelaksanaannya lebih berat dari tingkat nista dan madya karena ditambah lagi dengan melakukan Mono brata artinya tidak berbicara selama 24 jam.
D. Latar Belakang Siwaratri
Cerita Lubdaka melatar belakangi adanya hari raya Siwaratri yang mengisahkan sebuah keluarga yang hidupnya sederhana dan memiliki pekerjaan sehari-harinya adalah pergi ke hutan untuk berburu.
Pada suatu ketika Lubdaka melaksanakan pekerjaannya yaitu pergi ke hutan untuk berburu. Di dalam perjalanannya ke hutan Lubdaka merasa sedikit kecewa karena tak satu hewanpun yang dapat diburunya. Akan tetapi walaupun sedikit kecewa namun ia tidak putus asa dan iapun melanjutkan perjalanannya ke dalam hutan. Tanpa disadari haripun sudah menjadi gelap, dengan menyadari hal itu Lubdaka pun beranjak untuk pulang. Karena malam semakin larut, ia pun merasa takut apabila binatang buas memangsanya, dan Lubdaka menemukan pohon yang bernama pohon bila.
Tanpa disadari ternyata di bawah pohon bila itu terdapat lingga, dimana lingga itu adalah tempat beristannya Dewa Siwa. Untuk menghilangkan rasa takut dan mengantuk maka Lubdaka berinisiatif untuk memetik satu persatu daun bila itu. Tanpa ia ketahui bahwa pada malam itu merupakan malam Siwaratri.
Dan pada malam itupun lubdaka sudah melaksanakan Brata Siwaratri dan Dewa Siwapun mengampuni semua dosa yang dilakukan semasa hidupnya, pada saat Lubdaka meninggal dunia atmanya pun mendapatkan surga.
III. I PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hari raya Siwaratri adalah puncak malam (bulan yang paling gelap), sehingga pada malam itu Dewa Siwa melakukan tapa brata, yoga dan semadhi, sehingga Siwaratri disebut pula sebagai hari malamnya Siwa (hari pejagran). Dan kita sebagai umat beragama Hindu wajib melaksanakan Brata Siwaratri yang utamanya yaitu Upawasa, Monobrata, dan Jagra sekaligus. Agar kita dapat menenangkan pikiran serta menjauhkan diri dari hal-hal yang bersifat duniawi.
B. DAFTAR PUSTAKA

1. Ida Bagus Sudirga, Widya Dharma
Agama Hindu, Ganeca Exact.

2. Drs. I Ketut Wijaya, Pendidikan
Agama Hindu, CV. Sinar Bali.

No comments:

Post a Comment

jangan pernah berhenti mencoba selama mencoba itu tidak dilarang alias gratis..........